Selasa, 20 Februari 2024

Kisah Soekarno dan Jokowi

 KISAH SOEKARNO dan JOKOWI…

Disaat kehidupan politik Indonesia sedang “mendidih” saat ini (th 2024), banyak yang masih berfikiran bahwa presiden Jokowi adalah “Little Soekarno”

Untuk mengetahui apakah sebutan itu benar, generasi muda yang tidak mengalami jaman Soekarno dan juga pengikut setia Jokowi perlu membaca tulisan yang agak panjang ini agar tidak salah memilih idola politik.

Tulisan ini tidak membahas alasan politis yang berkaitan dengan turunnya Soekarno dan Soeharto.

Tulisan ini hanya menggambarkan “benang merah” antara : Soekarno- Soeharto (Orde Baru)-Jokowi.


📌 Ir Soekarno


Sosok Soekarno memiliki tempat tersendiri bagi masyarakat Indonesia dan memberikan banyak teladan bagi bangsa.  

Tenaga, pemikiran, bahkan jiwa dipertaruhkan oleh Soekarno untuk Indonesia, mulai dari melawan penjajahan sampai membangun bangsa ini dimasa-masa sulit karena minimnya sumber daya baik alam maupun manusia saat itu. 

Sebagai rakyat Indonesia, perjuangan dan jasanya untuk bangsa Indonesia sangat besar, bahkan keberanian dan kehebatannya tidak hanya terkenal di dalam negeri namun sampai ke luar negeri. 


Ir. Soekarno atau akrab dipanggil Bung Karno lahir pada 6 Juni 1901 di Surabaya, Jawa Timur dengan nama kecilnya Kusno Sosrodihardjo dan wafat pada 21 Juni 1970 di Jakarta. Bung Karno adalah anak dari pasangan Raden Soekeni Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. 

Karena sakit-sakitan, Kusno kecil dirawat kakeknya bernama Raden Hardjodikromo di Tulungagung. Disitulah nama Kusno diganti dengan Soekarno. Soekarno kembali tinggal dengan bapak dan ibunya pada 1909 di Mojokerto.


Tahun 1911 Soekarno mulai sekolah ke ELS yang setara dengan Sekolah Dasar (SD) yang khusus dipersiapkan untuk masuk Hogere Burger School (HBS) di Surabaya. Tahun 1915 Soekarno pun menamatkan sekolahnya di ELS  dan kemudian tinggal di rumah sahabat ayahnya, Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau HOS Cokroaminoto yang merupakan pendiri Serikat Islam. 


Di Kediaman Cokroaminoto, Soekarno muda mulai banyak belajar politik dan banyak berlatih pidato. Di sanalah Soekarno mulai kenal dan berinteraksi dengan tokoh-tokoh hebat, seperti Dr. Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara. Merekalah pemimpin organisasi National Indische Partij saat itu.


Soekarno menamatkan pendidikan di HBS (setingkat SMA) pada th 1921, dan selanjutnya 

Soekarno melanjutkan pendidikannya di Technische Hooge School (THS) jurusan teknik sipil atau kita kenal sekarang sebagai kampus ITB. Disanalah Soekarno mendapatkan gelar insinyur.


• Perjalanan Politik Ir. Soekarno


Ir. Soekarno  sudah terjun ke dunia politik sejak usianya masih sangat muda. Soekarno terkenal pertama kali pada tahun 1915 ( umur 14 th) saat menjadi anggota Jong Java Cabang Surabaya. 

Soekarno kemudian mendirikan Algemeene Studie (ASC) di Bandung pada tahun 1926 ( umur 25 th) yang merupakan hasil inspirasi dari Dr. Soetomo di Indonesische Studie Club. Organisasi ASC inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya partai besar di Indonesia, Partai Nasional Indonesia yang lahir tahun 1927. Karena

aktif di organisasi  politik itulah Soekarno beberapa kali ditangkap Belanda dengan alasan membahayakan pemerintah kolonial dan di penjara.

Soekarno semasa perjuangan telah dipenjara sebanyak 7 ( tujuh) kali dan ditempatkan di pengasingan yang berbeda-beda.


Tanggal 29 Desember 1929 Soekarno ditangkap di Yogyakarta untuk dipindahkan ke penjara Banceuy di Bandung. Kemudian Soekarno diasingkan di Lapas Sukamiskin Bandung dari tanggal 9 Desember 1930 hingga Desember 1931 di tahun ini pula Soekarno mengeluarkan pledoi “Indonesia Menggugat” yang sangat fenomenal saat itu.


Tidak pernah berputus asa dan berhenti memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, Soekarno tetap aktif di dunia politik dan pergerakannya di Politik kembali mengantarkan Soekarno ke penjara pada tahun 1933 di pengasingan Ende, NTT karena dianggap membahayakan oleh pemerintah Belanda. 

Pada tanggal 18 Oktober 1938 Soekarno dipindah dari pengasingannya di Ende ke Bengkulu sampai tahun 1942. 

Pada masa penjajahan Jepang  Soekarno baru dibebaskan.


Setelah perjuangan yang panjang akhirnya Soekarno dan Moh. Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 di Jakarta karena desakan kaum muda dan sempat diculik ke Rengasdengklok. Sejak itulah Soekarno diangkat menjadi Presiden pertama Republik Indonesia dan mulai dikenal sebagai Sang Proklamator yang didampingi Mohammad Hatta sebagai wakilnya. 


• Akhir hayat Presiden Soekarno


Diawali dengan Kelahiran Supersemar yang terjadi dalam serangkaian peristiwa pada tanggal 11 Maret 1966. 

Saat itu, Sidang Kabinet Dwikora yang disempurnakan yang dipimpin oleh Presiden Soekarno sedang berlangsung. Di tengah-tengah acara, ajudan presiden melaporkan bahwa di sekitar istana terdapat pasukan yang tidak dikenal. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Presiden Soekarno menyerahkan pimpinan sidang kepada Wakil Perdana Menteri (Waperdam) II Dr. Johannes Leimena dan berangkat menuju Istana Bogor.


Di tempat lain, tiga orang perwira tinggi, yaitu Mayor Jenderal Basuki Rachmat, Brigadir Jenderal M. Yusuf, dan Brigadir Jenderal Amir Machmud bertemu dengan Letnan Jenderal Soeharto selaku  Panglima Angkatan Darat dan Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk meminta izin menghadap presiden.


Segera setelah mendapat izin, pada hari yang sama tiga perwira tinggi ini datang ke Istana Bogor dengan tujuan melaporkan kondisi di ibu kota Jakarta dan meyakinkan Presiden Soekarno bahwa Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, khususnya Angkatan Darat, dalam kondisi siap siaga.

Namun, mereka juga memohon agar Presiden Soekarno mengambil tindakan untuk mengatasi keadaan yang tidak kondusif ini.


Menanggapi permohonan ini, Presiden Soekarno mengeluarkan surat perintah yang ditujukan kepada Letnan Jenderal Soeharto selaku Menteri Panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan, dan stabilitas pemerintahan demi keutuhan bangsa dan negara Republik Indonesia.

Surat perintah inilah yang kemudian dikenal sebagai Surat Perintah 11 Maret 1966 atau Supersemar.


Dalam kondisi seperti itu, pada

 tanggal 20 Juni hingga 5 Juli 1966, diadakanlah Sidang Umum IV MPRS yang menghasilkan beberapa ketetapan.

Melalui Tap MPR No. XXXIII/MPRS/1967, Soeharto ditetapkan sebagai mandataris MPRS dan mulai memimpin NKRI Saat pemerintahan Soeharto itulah Orde Baru mulai tumbuh dan berkembang dengan pesat.

Namun setelah berjalan selama 31 tahun, atas desakan kaum reformis yang militan pada pukul 09.00 tanggal 21 Mei 1998 Soeharto menyampaikan pidato singkat pengunduran dirinya. Ia langsung digantikan oleh Wakil Presiden B.J. Habibie, maka mulailah “periode Reformasi”


• Bagaimana kondisi Soekarno pada saat Orde Baru berkuasa?

Di akhir hayatnya, setelah “digulingkan” oleh Orde Baru, Soekarno harus menjalani hari-harinys di Wisma Yaso Jakarta yang menjadi tempat tahanan bagi dirinya. Bung Karno ditetapkan sebagai tahanan politik, dan DIPERSULIt untuk berhubungan dengan orang lain, termasuk keluarganya sendiri. Penjagaan ketat oleh tentara diberlakukan di tempat Soekarno ditahan.


Dilansir dari laman Kemdikbud, Soekarno saat itu mengalami gangguan pada ginjalnya. Setiap  pagi, Soekarno harus minum  sejumlah vitamin, namun upaya pengobatannya tidak maksimal. 

Sempat bertahan beberapa tahun, Soekarno akhirnya wafat pada 21 Juni 1970. Soekarno sempat dibawa ke RSPAD Gatot Subroto untuk mendapatkan perawatan hingga mengembuskan napas terakhir. Soekarno dimakamkan di Blitar, Jawa Timur berdampingan dengan makam ke dua orang tuanya.


Kesimpulan : 

1. Sejak masih muda Soekarno belajar politik dari tokoh-tokoh politik saat itu dan menulis beberapa buku yang fenomenal.

2. Bersama rakyat Indonesia Soekarno memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah Belanda, dan sebagai akibatnya Soekarno dipenjara dan diasingkan sebanyak 7 (tujuh) kali.

3. Soekarno-Hatta merupakan Dwitunggal yang memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia  pada tanggal 17 Agustus 1945.

3. Soekarno 

“dijatuhkan” dan “dipenjara” sampai akhir hayatnya oleh Orde Baru pimpinan Soeharto yang diawali dari Surat Perintah 11 Maret. 


📌 Presiden Joko Widodo


Joko Widodo lahir dari pasangan Widjiatno Notomihardjo dan Sudjiatmi pada tanggal 21 Juni 1961 . Ia merupakan anak sulung dan putra satu-satunya dari empat bersaudara. 

Sebelum berganti nama, Joko Widodo memiliki nama kecil Mulyono.


Keluarga Jokowi bisa dikatakan sebagai keluarga yang kurang mampu khususnya dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.


Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Surakarta menjadi lembaga pendidikan menengah yang dipilih oleh Jokowi setelah menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 03 Tirtoyoso. Sekolah ini berada di Jalan MT Haryono 4, Surakarta.


Setelah menyelesaikan pendidikan SMP, Jokowi melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Surakarta.

Setelah itu Jokowi melanjutkan pendidikannya ke Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Ketika menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada, Jokowi memilih fakultas kehutanan dengan jurusan teknologi kayu. 

Di kampus, ia belajar lebih dalam tentang kayu, mulai dari pemanfaatan kayu, struktur kayu hingga teknologi kayu.


Setelah lulus dari perguruan tinggi, Jokowi bekerja di sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu PT Kertas Kraft Aceh serta diberi tugas di area Hutan Pinus Merkusii di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah. Namun, Jokowi bekerja di disitu tidak begitu lama dan mengambil keputusan untuk kembali lagi ke kampung halamannya.

Pada tahun 1988, ia memberanikan diri untuk membuat bisnis di bidang kayu milik sendiri. Nama usaha yang diberikan Jokowi untuk usaha kayunya adalah CV Rakabu, nama itu diambil dari nama anak pertamanya yang bernama Gibran Rakabuming Raka.


• Perjalanan Politik Ir. Jokowi


Awal karir politik Jokowi dimulai pada tahun 1998 ( umur 37 th) dengan mengikuti dunia politik praktis dan partai yang dipilihnya adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri putri presiden Soekarno. 

Partai ini menjadi kendaraan politik Jokowi, mulai dari jabatan sebagai Walikota Solo hingga jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia.


Pada tahun 2005 diadakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Walikota Solo. Jokowi menjadi Walikota Solo dengan pasangan FX Hadi Rudyatmo. Kedua calon itu diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).


Setelah sukses menjadi Walikota Solo selama 10 th, Jokowi melanjutkan karir politiknya dengan mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta. Awalnya Jokowi ragu untuk mengikuti pemilihan Gubernur, tetapi ia diyakinkan oleh pemimpin Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yaitu Megawati Soekarnoputri.


Setelah melakukan lobi politik maka partai Gerindra memberikan calon wakil Gubernur DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahaja Purnama.

Pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama berhasil mengalahkan pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli dan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.


Setelah beberapa tahun menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi dipercaya oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri untuk melanjutkan karir politiknya menjadi calon Presiden Republik Indonesia.

Pada tahun 2014 Jokowi dan Jusuf Kalla berhasil menjadi  Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

Pada pemilu  berikutnya, Jokowi yang sekali lagi didukung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mencalonkan diri sebagai petahana dengan pasangan yang berbeda, yaitu KH. Ma’ruf Amin. 

Pada pemilihan ini, Joko Widodo bertanding dengan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno dan pasangan Joko Widodo berhasil memenangkan pemilu ini dengan mendapatkan perolehan suara sebesar 55,50%.


Karena Undang-undang Dasar 45 membatasi lamanya jabatan presiden hanya 2 periode, maka Jokowi tidak bisa mencalonkan diri kembali sebagai presiden pada tahun 2024.


Atas dasar itu, dengan segala daya upaya, Jokowi yang saat ini ( th 2024) masih menjabat sebagai presiden Republik Indonesia, berusaha keras mencalonkan anaknya Gibran Rakabuming Raka, untuk maju dalam pemilihan presiden  Republik Indonesia periode 2024-2029.

Upaya pencalonan Gibran ditandai dengan rekayasa konstitusi di Mahkamah Konstitusi yang dipimpin oleh Anwar Usman yang tidak lain adalah ipar dari Jokowi.

Rekayasa ini berhasil  “merubah” persyaratan calon wakil presiden, walaupun Anwar Usman diberhentikan sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi karena dianggap melakukan pelanggaran etik berat. 

Akhirnya Gibran berhasil ditetapkan sebagai calon wakil presiden berpasangan dengan Prabowo Subiyanto yang tidak lain adalah mantan menantu mantan presiden Soeharto tokoh utama dari Orde Baru, untuk maju dalam pemilihan presiden 2024-2029.

Hal ini menimbulkan ketegangan hubungan antara PDIP sebagai induk organisasi politik Jokowi dengan presiden Jokowi, karena Jokowi yang masih berstatus sebagai  anggota PDIP melanggar kebijakan partai. 


Kesimpulan :

1. Jokowi tidak pernah terjun dan belajar politik saat masih muda. Ia belajar politik praktis sejak menjadi Walikota Solo pada umur 37 th ( th 1998) dengan bimbingan Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP yang tidak lain adalah puteri Soekarno.


2. Karir Jokowi terus menanjak dimulai dari jabatan sebagai walikota Solo, Gubernur DKI dan presiden RI selama 2 dua periode (2014-2024) dengan bimbingan dan arahan dari Ketum PDIP dan memakai PDIP sebagai kendaraan politiknya.

Sampai tahun terakhir masa  jabatannya, Jokowi tidak menunjukkan keinginan untuk keluar dari PDIP. 


3. Karir politik Jokowi  sebagai orang nomer 1 di NKRI diakhiri dengan cara  “menghidupkan dan mengaktifkan”kembali kekuasaan Orde Baru yang telah dihentikan oleh pejuang-pejuang reformasi dengan berkorban nyawa, pada tahun 1998.

Jokowi sebagai presiden yang sedang berkuasa saat ini menggelar “karpet merah” dengan menyerahkan anaknya dan membuka jalan selebar-lebarnya serta memberikan bantuan semaksimal mungkin bagi kemunculan kembali Orde Baru.

Kemungkinan besar karena Jokowi tidak mampu merasakan kepedihan Soekarno yang telah dihianati dan “dipenjara” oleh Soeharto, presiden penggantinya.


Dari kisah kedua tokoh Nasional yang menjabat sebagai presiden, bisa ditarik kesimpulan, bawa Presiden Soekarno “digulingkan” dan dipenjara oleh Orde Baru pimpinan Soeharto dengan sepucuk Surat Perintah Sebelas Maret, sedangkan Jokowi sebagai presiden yang sedang menjabat “menghadiahkan” anaknya untuk kebangkitan kembali Orde Baru yang diwakili oleh Prabowo Subiyanto yg juga menantu Soeharto.


JELAS JOKOWI  BUKAN “ LITTLE SOEKARNO”


“Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian bahwa kekuasaan seorang Presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanya kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah Kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.”

~ Ir. Soekarno ( presiden pertama  NKRI)


Retno Triani (Retty) Soekonjono

Psikolog

Tidak ada komentar:

Posting Komentar